Wandi
Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Infokmatika
Universitas Gunadarma
JL Kayumanis No 78A, Jakarta Timur
Abstrak
Meskipun banyak permasalahan dalam aplikasi kesehatan masyarakat, penggunaan internet untuk
tujuan ini
tidak dapat
diabaikan. Web
2.0 dirancang untuk memberikan
pengaruh terhadap perilaku kesehatan. Kesehatan merupakan daerah logis dimana individu akan cenderung mencari pendapat dari
pihak lain dan berkomunikasi terkait pengalaman mereka. Dalam era baru ini, pejabat kesehatan masyarakat perlu mempelajari bagaimana mendengarkan pesan ini secara lebih efektif
dan bersamaan, mengembangkan pesan-pesan secara lebih hidup dan menarik untuk berkomunikasi dengan publik.
1.
PENDAHULUAN
Teknologi web
2.0 memiliki peluang untuk mendukung
atau melengkapi
teknologi yang digunakan dalam e-health
untuk mewujudkan patient-centered model.
Dengan jumlah pengguna situs jejaring sosial yang
sudah ada, dengan akses internet yang semakin mudah diperoleh, terutama akses internet dengan menggunakan perangkat mobile, informasi dari aplikasi web akan lebih mudah dan cepat diakses oleh para
pengguna internet. Sebagai contoh, menurut data dari bank data dunia, masyarakat
indonesia memiliki lebih dari satu telepon genggam (103 telepon genggam untuk 100
orang) dan tren tesebut
meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan pengguna internet 55 juta orang. Jadi, sebagaian besar pengguna internet menggunakan perangkat seluler untuk
mengakses internet. Melihat
data tersebut, diharapkan dengan menggunakan
teknologi web ini informasi kesehatan dan layanan kesehatan dapat diakses oleh hampir
seluruh masyarakat Indonesia.
Untuk validasi dari informasi yang dipublikasikan pemerintah melalui dinas
kesehatan dapat bekerja sama dengan ikatan profesi di bidang kesehatan. Melalui kerja sama ini dapat dilakukan proses penyaringan informasi yang ada, sehingga informasi yang diperoleh masyarakat sudah valid dan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan layanan kesehatan secara umum.
2. KONSEP DASAR
2.1 Web 2.0
Web 2.0 merupakan istilah yang diperkenalkan pertama kali oleh Tim O'Reilly pada tahun 2004 dalam acara O'Reilly Media Web 2.0 Summit [1]. Definisi Web 2.0
menurut Deitel adalah menggunakan web sebagai platform untuk membuat suatu kolaborasi situs berbasis pada suatu komunitas atau masyarakat. Perkembangan Web 2.0
didukung oleh semakin cepat dan murahnya perangkat keras, seperti processor, memori,
dan
media penyimpanan; kemudahan dan peningkatan kecepatan dalam akses internet;
adanya teknologi open source yang memiliki kebebasan dalam pemakaian dan distribusi
perangkat lunak.
Web 2.0 memiliki beberapa fitur sebagai berikut:
· Architecture of participation, suatu desain yang mendorong partisipasi interaksi para
pengguna dan
kontribusi dari komunitas.
· User contribution dan harnessing collective intelligence, mengutamakan kontribusi dari
pengguna dalam pembuatan konten
dan memanfaatkan
kecerdasan
kolektif. Searching, Tagging, dan Folksonomies, pelabelan dalam pencarian informasi konten dari situs dengan kata kunci atau subjek dimana informasi dapat dicari dengan lebih efektif.
· Social Newtorks, situs jejaring sosial yang mengubah cara pengguna berinteraksi dan berkomunikasi dalam suatu jaringan.
· Long Tail, merupakan pemodelan dalam dunia ekonomi bisnis dimana produk berupa service on demand dan pendapatan berupa biaya berlangganan atau pembayaran per pemakaian.
· Lightweigth business models, dimana pengguna dapat membuat suatu bisnis dengan biaya
investasi
yang kecil.
· Basic trust, dimana konten memungkinkan untuk berbagi, digunakan, didistribusikan
ulang, dan diubah.
Web 2.0 secara konseptual dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
Web 2.0 secara konseptual dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Rich Internet Application (RIA), suatu pengalaman aplikasi desktop yang
diimplementasikan ke web browser, baik dari desain, fungsi, dan antarmuka pengguna.
2) Web-oriented Architecture (WOA), aplikasi pada Web 2.0 dapat diekspos
untuk dapat digunakan atau memanfaatkan fungsi dari aplikasi web yang lain dan mengintegrasikannya menjadi aplikasi yang
lebih lengkap.
3) Social Web, komunikasi dan interaksi lebih diutamakan antara sesama pengguna
akhir, dimana para pengguna dapat berbagi
pendapat, opini, perspektif, dan
pengalaman.
2.2 Web Apps
Web Application atau disebut juga dengan WebApps merupakan
evolusi dari rekayasa perangkat lunak, dimana aplikasi ini diterapkan dengan menggunakan
teknologi internet. Sebelum adanya webapps,
aplikasi dibangun dengan menggunakan teknologi client-server dimana instalasi aplikasi dibagi antara sisi pengguna dan server. Pada awal mula teknologi web diperkenalkan, situs web terdiri dari sambungan antarteks (hypertext link) yang berupa teks dan sedikit gambar. Protokol yang digunakan adalah HTTP (HyperText Transfer Protocol),
HTML (HyperText Markup Languages) untuk file yang
saling berhubungan dan menggunakan URL (Uniform Resource Locator) untuk mengakses alamat situs tersebut. Sejalan dengan perkembangan teknologi bahasa
pemrograman (XML, Java, CSS, Javascript, PHP, dan ASP.net) dan teknologi database, situs mulai mengalami transisi menjadi situs yang lebih dinamis, dan dapat dibuat seperti aplikasi desktop tetapi dengan menggunakan teknologi web. Terdapat beberapa atribut yang melekat pada suatu webapps, seperti kebutuhan terhadap intensitas jaringan komputer secara lokal atau internet, jumlah pengguna yang mengakses secara bersamaan
pada
waktu yang sama, jumlah pengguna yang tidak dapat diprediksi, harus memiliki
infrastruktur dengan perfoma tinggi, ketersediaan layanan aplikasi yang tinggi,
penggunaan database
dalam aplikasi, dan memiliki keamanan yang tinggi karena jika diletakkan
pada
penyedia layanan hosting kemungkinan dapat diakses oleh pihak luar.
3.
PEMBAHASAN
Secara umum Teknologi Web
2.0 mengubah cara manusia berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya hampir di seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk
bidang kesehatan. Teknologi Web 2.0 dapat memberikan fasilitas komunikasi yang lebih
terbuka, cepat, dan termutakhir bagi ahli kesehatan dengan masyarakat umum atau
sesama ahli kesehatan tentang pengetahuan dan informasi di bidang kesehatan. Diharapkan dengan adanya teknologi ini dapat meningkatkan layanan dalam perawatan
kesehatan masyarakat. Teknologi ini dapat digunakan oleh semua lapisan masyarakat tanpa memandang usia, golongan, suku bangsa, wilayah,
latar belakang pendidikan, dan kedudukan selama
dapat
mengakses
internet.
Walaupun demikian, masih terdapat potensi masalah baru yang muncul dengan
penggunaan teknologi tersebut, terutama masalah validasi informasi, kepercayaan, etika,
dan
kerahasiaan data kesehatan pribadi. Untuk mengatasi masalah yang muncul dapat dilakukan dengan aturan dan penyaringan dari lembaga yang terkait, terutama lembaga pemerintahan atau lembaga asosiasi profesi yang memiliki kuasa secara hukum dan legalitas.
Sementara itu hasil penelitian dari Brian S. McGowan, tentang faktor yang
mempengaruhi para ahli kesehatan untuk menggunakan media sosial adalah untuk
berbagi informasi antara sesama ahli kesehatan dalam komunitas profesi atau
antarprofesi, selain itu digunakan
juga untuk berkomunikasi dengan para pasiennya sehingga layanan kesehatan dapat ditingkatkan kualitasnya. Yang cukup menarik
adalah peranan media sosial bagi masyarakat menengah ke bawah atau berpendapatan rendah yang dilakukan oleh Stroever. Mereka dapat menggunakan media sosial untuk mencari informasi kesehatan dan perawatan kesehatan untuk anak-anak, karena mereka mengalami kesulitan jika harus berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan secara
langsung terkait biaya yang tidak sedikit. Dengan
menggunakan media sosial mereka
dapat mencari informasi dari ahli kesehatan, yang berbagi informasi dari situs pemerintahan,
universitas, organisasi non-profit,
dan situs
lain yang mendukung.
4.
KESIMPULAN
Teknologi web
2.0 memiliki peluang untuk mendukung
atau melengkapi
teknologi yang digunakan dalam e-health
untuk mewujudkan patient-centered model.
Dengan jumlah pengguna situs jejaring sosial yang
sudah ada, dengan akses internet yang semakin mudah diperoleh, terutama akses internet dengan menggunakan perangkat mobile, informasi dari aplikasi web akan lebih mudah dan cepat diakses oleh para
pengguna internet. Sebagai contoh, menurut data dari bank data dunia, masyarakat
indonesia memiliki lebih dari satu telepon genggam (103 telepon genggam untuk 100
orang) dan tren tesebut
meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan pengguna internet 55 juta orang. Jadi, sebagaian besar pengguna internet menggunakan perangkat seluler untuk
mengakses internet. Melihat data tersebut, diharapkan dengan menggunakan
teknologi web ini informasi kesehatan dan layanan kesehatan dapat diakses oleh hampir
seluruh masyarakat Indonesia.
REFERENSI
[1]. Van De Belt TH, Engelen LJ, Berben SAA, dan Schoonhoven L. “Definition of
Health 2.0 and Medicine 2.0: A
Systematic Review,” Journal of Medical
Internet Research (2010).
[e-journal] http://www.jmir.org/2010/2/e18/.
[2]. O’Reilly T. 2009. “What is Web 2.0?,” O’Reilly
Media (2009). [online] http://oreilly.com/web2/archive/what-is-web-20.html (diakses
21 Mei 2013).
[3]. Wiener, dkk.. “To Friend or Not to Friend: The Use of Social Media in Clinical Oncology.” Journal
of Oncology Practice Vol.
8, Issue 2 (2012).
[4]. Eysenbach G. “Medicine 2.0: Social Networking, Collaboration, Participation, Apomediation, and
Openness”.
Journal of Medical Internet Research Vol. 10 No.
3 (2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar